SELAMAT DATANG

SEMOGA BERMANFAAT..

Sabtu, 13 April 2013

sejarah wayang kulit bali


Menurut Babad Bali, Wayang Kulit diperkirakan sudah ada sejak sekitar abad ke IX, yang diiringi dengan menggunakan gamelan gender wayang atau  Pewayangan dalam pementasan atau pertunjukannya.

Dalam prasasti Bebetin yang berangka tahun Çaka 818 ( 896 M), dari zaman pemerintahan raja Ugrasena di Bali, ditemukan sejumlah istilah seni pertunjukan yang diyakini berarti wayang atau pertunjukan wayang.

Sejak masa lampau pertunjukan Wayang Kulit menjadi salah satu media pendidikan informal bagi warga masyarakat.

Betapa tidak, pertunjukan Wayang Kulit yang memadukan berbagai unsur seni rupa, sastra, gerak dan suara, dalam pementasannya tidak saja menampilkan lakon-lakon literer yang diambil dari karya-karya sastra klasik terutama Mahabrata dan Ramayana, kesenian ini juga menyajikan petuah-petuah mengenai nilai-nilai moral, spiritual dan sosial sehingga masyarakat yang buta huruf akan memperoleh ajaran-ajaran tatwa, yadnya, etika dan lain-lain.

Oleh masyarakat penonton semuanya ini dijadikan pedoman dan tuntunan bagi kehidupan mereka sehari-hari.

Sementara para dalang secara kreatif melakukan penyegaran kesenian mereka, wayang-wayang kreasi baru sudah banyak diciptakan sehingga menambah perbendaharaan seni perwayangan di pulau ini. Yang tidak kalah pentingnya adalah munculnya dalang-dalang wanita berbakat yang siap bersaing dengan para dalang pria.

Di Bali, pertunjukan Wayang Kulit melibatkan antara 3 orang sampai 15 orang yang meliputi : dalang, pengiring dan jika diperlukan sepasang pembantu dalang (tututan).

Komando tertinggi dalam pertunjukan Wayang Kulit ada pada si dalang. Untuk mementaskan wayang para dalang Bali memerlukan sekitar 125 - 130 lembar wayang yang disimpan dalam kotak wayang (kropak).

Kiranya belumlah lengkap jika pembahasan mengenai seni pewayangan Bali tidak dilengkapi dengan adanya beberapa usaha inovasi dan kreatif dari para seniman dalang di pulau ini, atau memalui kerja patungan atau kolaborasi dengan seniman luar atau asing.

Dalam usahanya memberikan nafas baru dalam wayang Parwa, dalang I Made Sidja atau Ida Bagus Ngurah (Buduk) memasukan gamelan Suling atau Gamelan Pegambuhan.

Belakangan ini dalang muda berbakat, Ida Bagus Sudiksa berkali-kali mementaskan wayang kulit Parwa dengan iringan gamelan Angklung lengkap, bahkan pernah dengan gamelan Balaganjur.

Sebagai sajian tugas akhir, baik untuk menyelesaikan program Seniman (setingkat Sarjana) pada jurusan Seni Pedalangan di STSI Denpasar, para mahasiswa juga telah melakukan berbagai percobaan. Misalnya:
Penggunaan layar lebar berganda.
penggunaan tata-lampu modern, seperti lampu strobo, spot-lights, dan sebagainya.
pemakaian overhead-projector untuk menciptakan citra-citra realistis sebagai latar belakang.
pemakaian pemain wayang dalam jumlah yang banyak dengan satu orang dalang sebagai narator.
pemakaian wayang golek besar.
dan lain sebagainya.
Kesemuanya merupakan wujud nyata dari usaha para seniman dalang muda untuk terus menyegarkan kehidupan seni Pewayangan di Bali.

Wayang Kulit pun biasanya dipentaskan dalam upacara Dewa Yadnya, penggunaan Wayang Lemah tersebut mengambil lakon bersifat filsafat seperti cerita Dewa Ruci.

Minggu, 18 November 2012

Perkembangan batik Indonesia


Perkembangan Batik Indonesia

Batik…Ketika mengucapkan lima huruf ini, si pendengar seolah terhipnotis untuk memikirkan salah satu wilayah di daerah Jawa, terutama Jawa Tengah. Jika yang mendengar kata ‘batik’ itu orang asing, tentu mereka akan teringat satu negara, yaitu Indonesia. Itulah negeri tercinta kita yang punya slogan ‘Gemah Ripah Loh Jinawi’ Batik merupakan karya tekstil asli Indonesia. Sebenarnya kain atau tekstil ini sekilas tak jauh beda dengan tekstil yang diproduksi oleh pabrik dengan mesin canggih. Akan tetapi, kain batik ini lebih memiliki nilai lebih jika ditilik dari proses pembuatannya yang rumit dan perlu kesabaran tinggi.
Batik Indonesia adalah batik yang berkembang di Indonesia dan dimulai pada zaman kemerdekaan Republik Indonesia. Perkembangan batik Indonesia berakar dari kerajaan abad ke-8 (zaman Kerajaan Sriwijaya Syailendra) dan berkembang pada abad ke-11 sampai 14 (zaman Kerajaan Jenggala Majapahit). Motif-motif batik digambarkan pada pakaian, patung, dan dinding-dinding candi. Persebaran batik Indonesia sangat luas, dari Sabang sampai Merauke. Tengoklah selain sebagai Presiden, Soekarno merupakan seorang seniman yang sangat peduli dengan keberadaan batik di Indonesia. Beliau orang pertama di Indonesia yang mempunyai inisiatif untuk membuat batik yang membawa misi kesatuan Indonesia.
Batik Indonesia mulai merakyat pada 1950. Batik Indonesia pada masa ini mempunyai wajah baru dengan campuran karakter motif dan proses klasik dipadu dengan warna yang beragam. Motif dan ornamennya diambil dan dikembangkan dari ornamen suku yang ada di seluruh Indonesia sehingga terbentuk konsep kesatuan Indonesia. Batik Indonesia berkembang tidak pada tampilan perpaduan motif klasiknya saja, tetapi juga pada ornamen yang dimunculkan dalam motif batik. Ornamen yang dimunculkan berasal dari berbagai suku yang ada di Indonesia seperti Dayak, Jawa, Sunda, dan suku—suku bangsa lainnya. Selain filosofi dan keindahan ornamen yang dipadukan, pewarnaan dalam batik Indonesia ini juga sangat berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada teknik pewarnaannya. Teknik pewarnaan tidak lagi terpaku pada aturan baku dalam proses pewarnaan dengan cara pencelupan dengan zat warna alami. Pewarnaan juga bisa melalui proses brush—dyed, coletan, lukis, dan kombinasi beberapa teknik Iain.
Dunia telah mengakui bahwa batik merupakan karya tekstil asli Indonesia. Hal ini menyebabkan semakin maraknya penggunaan busana batik, baik untuk acara formal maupun nonformal. Batik Indonesia dapat berkembang dengan pesat karena prakarsa dan inisiatif para seniman, pemerhati, dan pekerja batik. Di tangan mereka batik Indonesia berkembang menjadi batik yang mempunyai karakter berbeda dengan batik klasik. Batik menjadi tampak harmonis, indah, dan mempunyai daya tarik tersendiri. Desain baru yang terkenal dalam era batik Indonesia adalah batik terang bulan karya Ibu Bintang Soedibyo. Motif ini sangat unik. Komposisi tata letak motifnya berbeda dengan yang lain, yaitu pada bagian tengah kain yang melebar diisi dengan satu warna polos dan pada bagian tepi tergambar desain pinggiran dengan isiannya. Batik dengan motif terang bulan juga dibuat oleh Setiowati. Selain Bintang Soedibyo dan Setiowati, ada seniman lain yaitu K.RT. Hardjonagoro atau lebih dikenal dengan nama Go Tek Swan. G0 Tek Swan adalah seorang seniman batik yang mumpuni. Beliau seorang pioner batik yang terkenal dari Surakarta. Ia dikenal dekat dengan Ir. Soekarno pada masa itu. Karya batiknya yang terkenal dinamai dengan batik sekar kenanga. Karya batik ini didukung dengan teknik lilin yang bagus serta kombinasi warna yang harmonis sehingga sangat menarik.

Jumat, 16 November 2012

Tren baju batik


Tren baju batik memang tidak mudah untuk ditinggalkan, khususnya bagi kaum hawa yang menyenangi fashion dan tak mau ketinggalan dengan perkembangan dunia fashion di Indonesia. Di Indonesia, tren baju batik kini tengah melanda banyak desainer untuk mengkreasi bahan dasar batik menjadi baju batik yang memiliki nilai dan harga jual yang tinggi. Salah satu contoh perkembangan tren baju batik yang saat ini banyak diminati hampir seluruh lapisan masyarakat di Indonesia adalah tren baju batik yang menggunakan batik tulis atau batik yang benar-benar dibuat langsung dengan tangan yang membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikannya. Hal ini tentu saja menjadi salah satu hal yang mempengaruhi perkembangan tren baju batik di Indonesia ke depannya.
Selain karena minat masyarakat Indonesia yang tinggi terhadap batik, perkembangan tren baju batik yang pesat juga dilatar belakangi oleh spirit yang sama di antara para desainer di Indonesia untuk mengangkat warisan budaya nasional sebagai salah satu ikon fashion yang diperlihatkan ke semua mata dari seluruh dunia. Beberapa kali desainer kenamaan Indonesia bahkan melakukan fashion show di berbagai kota pusat fashion dunia. Selain karena alasan nasionalisme dan popularitas, meningkatnya minat batik di kalangan masyarakat Indonesia juga dikarenakan keindahan motif batik yang tidak bisa diseragamkan dengan motif kain mana pun di dunia. Baju Batik memang memiliki ciri khas tersendiri yang tidak akan bisa anda temui pada motif kain mana pun.

Rabu, 07 November 2012

sejarah batik indonesia


  • Sejarah Batik di Indonesia
       Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.

        Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda.

        Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.

        Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.

        Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanahlumpur.

        Jaman MajapahitBatik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, pat ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit.

        Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik asli.




  • Sejarah Batik Pekalongan
       Meskipun tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut perkiraan batik sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut data yang tercatat di Deperindag, motif batik itu ada yang dibuat 1802, seperti motif pohon kecil berupa bahan baju.

       Namun perkembangan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah - daerah baru itu para keluarga dan pengikutnya mengembangkan batik.





       Ke timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkembang di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan Pekalongan. Dengan adanya migrasi ini, maka batik Pekalongan yang telah ada sebelumnya semakin berkembang.

       Seiring berjalannya waktu, Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan kota dan daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo.

  • Batik Pekalongan, antara Masa Lampau dan Kini
       BATIK pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada ratusan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik pekalongan dikerjakan di rumah-rumah.

       Akibatnya, batik pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan yang kini terbagi dalam dua wilayah administratif, yakni Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Batik pekalongan adalah napas kehidupan sehari-sehari warga Pekalongan. Ia menghidupi dan dihidupi warga Pekalongan.

       Meskipun demikian, sama dengan usaha kecil dan menengah lainnya di Indonesia, usaha batik pekalongan kini tengah menghadapi masa transisi. Perkembangan dunia yang semakin kompleks dan munculnya negara pesaing baru, seperti Vietnam, menantang industri batik pekalongan untuk segera mentransformasikan dirinya ke arah yang lebih modern.

       Gagal melewati masa transisi ini, batik pekalongan mungkin hanya akan dikenang generasi mendatang lewat buku sejarah.

       Ketika itu, pola kerja tukang batik masih sangat dipengaruhi siklus pertanian. Saat berlangsung masa tanam atau masa panen padi, mereka sepenuhnya bekerja di sawah. Namun, di antara masa tanam dan masa panen, mereka bekerja sepenuhnya sebagai tukang batik.

       ZAMAN telah berubah. Pekerja batik di Pekalongan kini tidak lagi didominasi petani. Mereka kebanyakan berasal dari kalangan muda setempat yang ingin mencari nafkah. Hidup mereka mungkin sepenuhnya bergantung pada pekerjaan membatik.

       Apa yang dihadapi industri batik pekalongan saat ini mungkin adalah sama dengan persoalan yang dihadapi industri lainnya di Indonesia, terutama yang berbasis pada pengusaha kecil dan menengah.

       Persoalan itu, antara lain, berupa menurunnya daya saing yang ditunjukkan dengan harga jual produk yang lebih tinggi dibanding harga jual produk sejenis yang dihasilkan negara lain. Padahal, kualitas produk yang dihasikan negara pesaing lebih baik dibanding produk pengusaha Indonesia.

       Penyebab persoalan ini bermacam-macam, mulai dari rendahnya produktivitas dan keterampilan pekerja, kurangnya inisiatif pengusaha untuk melakukan inovasi produk, hingga usangnya peralatan mesin pendukung proses produksi.


Batik Zaman sekarang

Batik Zaman Kuno